LITERASI:
MENGATASI KEHIDUPAN
Literasi
bukan barang baru, sudah ada sejak manusia menemukan budaya tulis menulis.
Artefak atau manuskrif menjadi saksi bisu awal peradaban literasi manusia.
Bicara tentang literasi memang takkan terlepaskan dari kegiatan membaca dan
menulis. Seakan menjadi dua sejoli yang selalu berpegangan sang pembaca yang
handal pastilah pandai menulis , demikian juga sang penulis handal ia seorang
pembaca yang baik.
Sebenarnya
literasi lebih dari sekedar itu, lebih dari sekedar memahami, mengerti dan
menganalisis kembali hasil pengamatan dalam tulisan. Tetapi literasi telah
merambah pada upaya memaknai, mengambil keputusan dan repleksi prilaku dari
informasi yang diterimanya serta memproduk kembali dengan inovasi. Literasi
bukanlah anugrah, dimana seseorang penulis berbakat berasal dari keturunan atau
titisan. Tetapi literasi itu dicari dan ditemukan serta dilatih dengan terus
menerus. Hingga seorang literat sanggup mengatasi kehidupannya dengan kegiatan
literasinya.
Di
bawah ini saya akan menyampaikan kisah yang bergubungan dengan kegiatan
literasi seseorang yang dapat mengatasi kehidupannya. Dalam sebuah serial
televisi ditayangkan sebuah kisah perjuangan seorang ibu yang berjuang
menyembuhkan anaknya yang menderita penyakit kangker. Dalam perjalanan
mendampingi sang buah hati sang ibu amat terpukul dengan ponis dolter yang
mengatakan bahwa anak mereka tidak akan bertahan hidup hingga usia 8 tahun.
Dengan segenap daya dan kekuatan sang ibu mencari alternatif cara dengan
mendatangi berbagai dokter. Ternyata diagnosa dolter dokter yang ditemui
semuanya sama, bahkan ada yang tidak masuk akal atau sembarang diagnosis.
Mulai
saat itu sang ibu mulai melirik obat apasajakah yang diberikan doter untuk
anaknya, dia membaca berbagai literatur kedokteran , mulai dari asal penyakit,
jenis virus, makanan yang harus dihindari hingga kandungan obat –obat yang
digunakan oleh dokter. Tidak sampai disitu, sang ibu mencari obat tradisional
dari berbagai belahan dunia. Satu satu dicoba dan ditelitinya apakah benar
dapat mengatasi secara berangsur angsur penyakit anaknya.
Mulai
saat itu rumahnya dipenuhi oleh buku-buku dibidang kedokteran. Suaminyapun
turut membantu melihat keseriusan istrinya mencari solusi untuk penyakit
anaknya. Betul betul perjuangan yang luar biasa. Sang ibu memutuskan untuk
tidak memeriksakan anaknya kedokter, karena muak dengan diagnosa dokter. Ia
mencoba sendiri untuk menyembuhkan anaknya. Meramu obat dari buku-buku dan
percobaan yang dia lakukan.
Waktupun
berjalan , usia anaknya mencapai 8 tahun, dan terlewati sudah waktu yang
mengkhawatirkan itu. Sang anak mampu bertahan hidup lewat perawatan sang ibu,
yang secara telaten mengobati anaknya. Seluruh harta kekayaan mereka habis
untuk melakukan riset obat yang dilakukannya. Akhirnya suami istri itu
mendapatkan penghargaan karena dapat menemukan ramuan obat bagi penderita
kangker. Dan mereka mendapat apresiasi dari seluruh warga kota.
Sekelumit kisah itu berusaha mengkomunikasikan bahwa
literasi dapat menyelesaikan masalah kehidupan seseorang. Dengan membaca,
seorang ibu dalam cerita tersebut dapat
memahami ,memaknai , menganalisa hingga membuat sintesa baru dari konsep
yang kita baca membentuk prodak baru bagi anaknya dan kemaslahatan umat
manusia. Mungkin akan banyak kisah lain tentang membaca yang dapat membantu
kehidupan seseorang. Ini menandakan betapa pentingnya literasi pada tataran
Membaca.
Jika
saja membaca sudah menjadi kebiasaan seorang ibu, seorang ayah, seorang
pelajar, seorang guru, seorang birokrat, seorang petani, seorang nelayan ,
seorang pemulung atau seorang pegawai kasar sekalipun maka akan berapa banyak
masalah hidup yang bisa mereka selesaikan sesuai bidangnya masing masing.
Kehidupan
menjadi mudah dan sederhana. Pemerintah sudah selayaknya mengupayakan budaya
literasi untuk semua, berbagai upaya harus gencar dilakukan untuk menunjang
gerakan ini. Urgensi literasi yang terimplementasi pada berbagai kegiatan kehidupan perlu menjadi
bagian yang tak terlupakan.
Sekian